Senin, 17 Juni 2019

KONSERVASI ARSITEKTUR DI ASIA (KAWASAN KONSERVASI BAGAN, MYANMAR)

Firza Adrian

KONSERVASI ARSITEKTUR DI ASIA (KAWASAN KONSERVASI BAGAN, MYANMAR)
BAGAN kota seribu kuil yang berada di Myanmar merupakan salah satu situs arkeologi terkaya di Asia Tenggara. Myanmar yang terkenal akan sebutan negeri seribu candi, demikian sebutannya karena adanya ribuan candi yang berada di negara yang dulunya dikenal dengan sebutan negara Burma. Bagan sebuah kota kuno yang berada di wilayah Mandalay Burma (Myanmar) dihiasi dengan pemandangan ribuan candi – candi tua dengan berbagai ukuran, ribuan pagoda kuno, stupa, kuil, aula pentahbisan dan monumen. Kuil Bagan adalah salah satu situs arkeologi terkaya di Asia Tenggara. Berbeda dengan candi – candi lainnya di kawasan Asia, kota seribu kuil ini memiliki 2 ciri khas warna, yaitu warna putih dan warna merah bata. Candi di Bagan berukuran cukup besar karena digunakan sebagai tempat pemujaan dan mempresentasikan Gunung Meru, salah satu simbol Dewa dan dibangun sebagai tempat ibadah dan belajar bagi para pengikut ajaran Budha dari kawasan Asia, termasuk India, selama kurang lebih 5 abad sejak awal didirikan. Destinasi wisata di Kota Bagan yang menarik minat wisatawan antara lain adalah Htilominlo, Shwedagon Pagoda, Mandalay Palace, serta Danau Inle yang eksotis, antara lain :
  1. Ananda Temple, candi yang selesai dibangun pada tahun 1091 tahun masehi oleh raja Kyanzittha ini memiliki tinggi 51 meter. Pada tahun 1990 Candi Ananda Temple ini menerima penyepuhan emas. Terdapat empat patung besar dari para Buddha dari empat zaman. Kakusandha menghadap ke utara, Konagamana menghadap ke timur, Kassapa menghadap ke selatan, dan Guatama sebagai Buddha terbaru menghadap ke barat.
  2. Raja Narapatisithu membangun candi Gawdawpalin pada abad ke 12 dengan tinggi candi sekitar 60 meter. Candi ini rusak parah dalam sebuah gempa bumi pada tahun 1975 tetapi sudah mengalami rekonstruksi.
  3. Dhammayangyi adalah kuil terbesar di Kota Bagan yang dibangun oleh raja Narathu yang memerintah pada tahun 1167-1170. Kuil ini sering disebut sebagai kuil ganesh karena terdapat gambar gajah yang merupakan dewa hindu. Kuil ini bernama Shwesandaw yang dibangun pada tahun 1057 oleh raja Anawahta.
Candi yang menjadi replika mirip candi Bodhi yang terkenal di Bodh Gaya, India ini bernama candi Mahabodhi. Dibangun oleh raja Nantaungmya pada masa pemerintahan 1210-1234. Bukan hanya itu, adapun candi, pagoda dan tempat bersejarah lainnya yang terdapat di kota ini diantaranya Bupaya Pagoda, Dhammayangyi Temple, Dhammayazika Pagoda, Gawdawpalin Temple, Gubyaukgyi Temple (Wetkyi-in), Gubyaukgyi Temple (Myinkaba), Htilominlo Temple, Lawkananda Pagoda, Mahabodhi Temple, Manuha Temple, Mingalazedi Pagoda, Minyeingon Temple, Myazedi inscription, Nanpaya Temple, Nathlaung Kyaung Temple, Payathonzu Temple, Seinnyet Nyima Pagaoda and Seinnyet Ama Pagoda, Shwegugyi Temple, Shwesandaw Pagoda, Shwezigon Pagoda, Sulamani Temple, Tharabha Gate, Thatbyinnyu Temple dan Tuywindaung Pagoda.
Pagoda Shwe Zi Gon adalah pagoda yang terbuat dari emas dan merupakan salah satu pagoda tertua dan terbesar yang terletak di pusat kota Yangon. Shwedagon juga terkenal dengan sebutan Golden Pagoda karena nuansa emas yang mendominasi warna bangunannya.
Saat yang tepat menikmati keindahan pemandangan Kota Bagan di Myanmar, kota seribu kuil adalah saat matahari terbit dan matahari terbenam. Karya seni tumbuh pesat di kawasan ini sebagai industri penunjang perkembangan pariwisata. Bagi wisatawan asing, Bagan  adalah kota tujuan utama wisata di Myanmar, selain banyaknya candi, keindahan sunrise dan sunsetnya kota Bagan juga begitu memukau.
Danau Inle berada di kawasan perairan Inle yang terletak di Nyaungshwe Township, di distrik Taunggyi Propinsi Shan, dan merupakan wilayah dari area Shan Hills. Danau ini memang bukan kawasan wisata semegah di Yangon atau Bagan. Kehidupan Danau Inle menawarkan sensasi destinasi perairan dan peradaban yang membuat pengunjungnya terpukau dengan pesona alam dan kehidupan adat budayanya yang unik. Keunikan suku Intha yang menghuni kawasan perairan tenang ini, membuat Danau Inle makin di gemari sebagai salah satu wisata adat di Myanmar. Suku Intha merupakan satu-satunya suku yang mendiami kawasan perairan Danau Inle.
Salah satu candi yang terkenal di bagan  adalah candi Htilominlo. Candi ini dibangun pada abad ke-13 dan terlihat megah tak dilekang waktu. Di dalam bangunan utama, terdapat patung Budha sebagai tempat ibadah para pengikut ajaran Budha. Di belakangnya terdapat kompleks candi sebagai bagian dari candi Htilominlo.

Kota bagan dahulu dijuluki Arimaddanapura atau Arimaddana
Negara bagian Mandalay memang terkenal dengan bangunan-bangunan kuno dan kompleks heritage’nya. Termasuk didalamnya kota Bagan sendiri.Kota atau daerah sangat terkenal dengan kompleks candi atau stupanya. Atau disebutnya ” Bagan Archaeological Zone”.  Cukup dengan membayar 15 Dollar/orang, kita bisa mengelilingi seluruh stupa dan candi yang ada di Bagan selama 5 hari. Tiket dapat langsung dibeli  di airport Bagan, airport Nyang-U. Bisa dikatakan bahwa kota ini adalah kota seribu stupa. Meskipun sebenarnya menurut catatan UNESCO, ada kurang lebih 300’an candi disini.
Old Bagan dan New Bagan

Old Bagan
Kota Bagan sesungguhnya terbagi dari 2 bagian. Bagan kota lama dan Bagan kota baru. Dulunya semua pemukiman berada didaerah kota lama dimana terdapat stupa-stupa tersebut. Tahun 90’an, mereka dipindahkan ke Bagan baru (New Bagan) untuk menjadi pemukiman baru. Perbedaannya sangat menonjol didua tempat ini. Bagan Baru adalah daerah baru, dengan banyak hotel. Tidak ramai daerahnya dikelilingi pemukiman. Bagan lama (Old Bagan) daerah dengan dikelilingi pusat pemerintahan dan beberapa stupa disekitarnya. Beberapa hotel dan pertokoan juga kita temukan didaerah ini.

New Bagan

Kuil Ananda juga menarik untuk diamati mural yang ada dibeberap dindingnya. Muralnya masih terjaga dengan baik. Dikatakan oleh Thein bahwa kuil Ananda dibangun pada masa awal-awal dinasti Pagan yang ada di Bagan, mungkin sekitaran abad 1100. Kuil Ananda memiliki 4 patung Buddha warna keemasan disetiap sisi penjuru mata angin, dengan posisi tangannya yang berbeda.
Kemudian kita juga bisa ke kuil  Thatbyinnyu dikenal sebagai kuil kemahatahuan dan berasal dari 1144 Masehi. Kuil yang cukup tinggi dengan tinggi sekitaran 60’an meter. Lalu kita ke  kuil terbesar Damayangyi, yang terkenal dengan struktur bangunannya yang unik mirip piramida. Candi ini dibangun  tahun 1170 Masehi.

Lalu tidak ketinggalan ke candi  Nanphaya. Candi ini sangat unik karena merupakan candi Hindu ditengah candi-candi dan stupa Buddha.  Sayang kalau dilewatkan. Dan hari itu kami akhiri dengan berkunjung ke candi  Shwensandow untuk melihat sunset di sepanjang sungai Ayeyeawaddy.

Pagoda di mount Popa sendiri sangat unik. Pagoda ini persis berdiri diatas bukit kapur, yang berdiri tegak. Untuk menaikinya, kita perlu menapak, yang konon jumlah ada sekitar 700 tangga hingga sampai ke atas.  Yang menarik dari pagoda Mount Popa ini adalah ternyata didalamnya tidak ditemukannya patung Buddha, seperti biasanya yang saya temui di Bagan. Yang ada adalah rupa patung seseorang, berambut panjang, nampak tidak seperti Buddha. Disertai pula dengan banyak tempelan uang, disekitarnya. Rupanya pertanyaan saya terjawab. Pagoda atau kuil ini sesungguhnya adalah kuil pemujaan atas seseorang lokal yang dianggap penting.
Landscape Bagan


Ini adalah bangunan museum national Bagan, menikmati sejarah Bagan. Gedungnya sangat megah dan kokoh. Mirip gedung pertunjukan menurut saya. Ada 4 lantai, dimana masing-masing lantai mempunyai ceritanya. Misalnya tentang sejarah alam dan fosil Bagan, lalu tampilan prasasti yang pernah ditemukan di Bagan, kemudian sejarah peradaban di Bagan, lalu sejarah dan cerita etnis yang ada di Myanmar, dan kemudian pameran seni lukis dan seni di Bagan dan Myanmar. Sangat menarik. Sayang kami tidak boleh memotret gambarnya.
Seni Mural & Restoran
seemerhati budaya seperti saya, kesempatan ini sangat langkah. Saya dapat belajar banyak dari kebudayaan mereka. Misalnya bagaimana jayanya peradaban mereka sejak sebelum masehi. Kemudian mengenal tulisan dan penguasaan wilayahnya yang sangat luas. Kesan saya, budaya mereka lebih menitikberatkan kepada  budaya komunal yang lebih menitikberatkan kepada ikatan sosial kelompok yang sangat tinggi. Seni mereka, baik seni  lukis dan performance serta musik, kesannya sangat komunal. Penampilannya banyak diarena-arena publik, seperti dipasar atau perayaaan publik. Mungkin ada yang bersifat kebangsawanan atau kerajaan, sayangnya itu sudah jauh hilang. Peradaban mereka meraih masa jayanya pada abad belasan, mungkin awal abad 12 bersamaan dengan peradaban Khmer yang ada dikamboja. Ganti berganti dinasti, hingga penaklukan Mongolia kemudian kerajaan Inggris menyebabkan kebudayaan mereka nampaknya berbasiskan komunal.

Sumber :

Selasa, 23 April 2019

Konservasi Arsitektur di Indonesia

Firza Adrian

Konservasi Heritage Factory Outlet, Bandung
Nama Bangunan Lama          : British Institute
Nama Bangunan Baru            : Heritage Factory Outlet –Bandung
Alamat                                        : Jl Martadinata No.63, Bandung                                     



Heritage yang merupakan bekas gedung British Institute ini dibangun antara 1895 – 1900 atau pada 1898 dengan gaya Belanda Klasik (Art Deco), memiliki kolom dorik yang khas. Hingga kini arsitek yang merancang bangunan itu belum diketahui. Bangunan, awalnya bekas rumah dinas direktur Gouvernements Bedrijven atau Gedung Sate. Heritage Factory Outlet, satu dari bangunan cagar budaya yang dilindungi dan dilestarikan keberadaannya di Kota Bandung dengan arsitektur klasik yang masih utuh. Pilar ioniknya menjadi ciri khas dengan seni arsitektur yang tinggi. Tampak dari depan, eksterior bangunan menampilkan empat pilar utama yang menyangga kubah pendek setengah lingkaran, sebagai pintu masuk. Kubah itu memiliki corak lingkaran, di bawahnya kolom – kolom tinggi yang ditopang banyak pilar.

Gedung Heritage Factory tahun 80-an
Gedung memilki bagian sayap dengan desain melingkar di samping sama seperti bangunan Gedung Merdeka. Sayap gedung sekarang dipergunakan sebagai Heritage Food Market dan kafe Mama Kitchen. Bagian sayap kanan merupakan penyambung dengan gedung lain, yaitu Cascade yang memiliki konsep arsitektur bergaya modern. Interior bangunan Heritage masih mempertahankan gaya klasik dengan dinding bercat putih dan bersalur batu bata berukuran besar. Setelah menjadi Factory Outlet, dinding dihiasi foto-foto repro dari bangunan-bangunan tua di Kota Bandung. Bagian dalam bangunan terdiri atas dua lantai semi – terbuka yang digunakan untuk memajang aneka produk pakaian. Heritage dapat dikatakan sebagai salah satu market leader Factory Outlet yang pertama di Kota Bandung.

Mulai diinisiasi pada 1999 dan buka pada 2000, menjual aneka produk pakaian dari dalam dan luar negeri. Heritage memiliki halaman parkir yang luas dan pepohonan yang cukup rindang sebagai nilai tambah. Factory Outlet lain yang berdekatan dengan Heritage adalah STAMP Factory Outlet yang berciri khas kantor POS. Konsep belanja yang diusung Heritage Factory Outlet adalah One Stop Shopping, di mana tidak hanya memajang etalase penuh tumpukan barang, tetapi melalui sentuhan rekreatif yang dapat memanjakan mata pengunjung. Barang yang dijual tidak hanya pakaian, tetapi ada berbagai aksesoris, kerajinan tangan, home living, pernak-pernik dan food market yang mendorong Kota Bandung sebagai salah satu tujuan wisata belanja.
Salah satu interior Heritage Factory Outlet


Heritage Factory Outlet sekarang
Bangunan Konservasi Santa Croce merupakan konservasi yang tetap mempertahankan fungsi asli dan fasad asli bangunan walaupun terjadi perubahan pada pola dan tata letak ruang sedangkan bangunan Heritage Factory Outlet merupakan hasil konservasi dimana bangunan berubah fungsi namun tetap mempertahankan struktur maupun fasad bangunan. Pada dasarnya, kedua bangunan tersebut tetap mempertahankan bentuk asli bangunan sehingga nilai sejarah yang ada di dalamnya tidak hilang. Dengan adanya konservasi pada kedua bangunan tersebut memiliki tidak hanya nilai sejarah tapi juga nilai keagamaan dan nilai komersial dimana masyarakat sekitarnya dapat ikut menikmati bangunan tersebut.
Referensi :
koentjoro7.blogspot.com/2013/04/pengertian-konservasi-arsitektur.html
urbanpages.wordpress.com/pelaksanaan-konservasi-dalam-arsitektur/
repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/49557/4/Chapter%20II.pdfsantacroceopera.it/en/ArchitetturaEArte_Restauri.aspx



Selasa, 26 Maret 2019

Gedung Ex Harrison Dan Crossfield

Firza Adrian

Gedung Ex Harrison Dan Crossfield 

Latar Belakang Bangunan
Pada zaman dulu, Kali Besar merupakan kawasan yang sempat menjadi sebuah kawasan yang hidup, ramai, dan menjadi daerah yang berkembang pesat karena Kali Besar merupakan akses keluar masuknya kapal dari mancanegara.
1
Tidak heran jika bangunan-bangunan yang berada di sekitar kawasan Kali Besar adalah bangunan yang berfungsi sebagai gudang atau kantor perdagangan milik Belanda, di antaranya adalah bangunan lawas yang digunakan oleh Toko Bunga Mu’is Florist. Toko bunga ini terletak di Jalan Kali Besar Timur No. 25 Kelurahan Pinangsia, Kecamatan Taman Sari, Kota Jakarta Barat, Provinsi DKI Jakarta. Lokasi toko bunga ini berada di sebelah selatan PT Jasa Raharja, atau di depan Terminal Bus Jakarta Kota.
2
Banguanan ini termasuk di Lingkungan cagar budaya Golongan II berada diluar lingkungan I. Dahulu, Kali Besar merupakan aksis yang merepresentasikan kekuasaan ekonomi, sosial dan budaya kolonialisme (jalur air). Kawasan sepanjang Kali Besar melebar ke timur sepanjang Kali Besar Timur 3 di selatan ke arah barat Jl. Malaka, sekitar sebelah selatan Balai Kota termasuk BNI Kota, sekitar Taman Beos, termasuk dalam lingkungan ini. Pada lingkungan ini terdapat konsentrasi bangunan-bangunan cagar budaya golongan B dan beberapa bangunan cagar budaya golongan A, TokoMerah, Gedung BI, dan Gedung Bank Mandiri. Berikut adalah beberapa hal yang menjadi perhatian dalam Lingkungan Golongan II:
  1. Penataan lingkungan dilakukan dengan tetap mempertahankan keaslian unsur-unsur lingkungan serta arsitektur bangunan yang menjadi ciri khas kawasan, yaitumempertahankankarakter ruang-ruang kota dan melestarikan bangunan-bangunan cagar budaya yang ada.
  2. Ruang kota di sepanjang Kali Besar, di sepanjang Jalan Pintu Besar Utara dan di sekitar lapangan Stasiun Beos dimanfaatkan untuk tempat kegiatan umum dan komersial terbatas. Penambahan struktur/bangunan baru untuk fasilitas umum pada ruang kota dibuat seminimum mungkin dan tidak merusak ruangnya.
  3. Pada bangunan cagar budaya dimungkinkan dilakukan adaptasi terhadap fungsi-fungsi baru sesuai dengan rencana kota, yaitumemanfaatkan bangunan-bangunan untuk kegiatan komersial, hiburan, hunian terbatas/ hotel, dan apartemen.
  4. Penataan papan nama dan papan iklan sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan di dalam pedoman papan nama dan papan iklan.[1]
Gedung Ex Harrison dan Crossfield in termasuk bangunan cagar budaya golongan B. Bangunan toko bunga ini didirikan pada tahun 1910. Dulu, bangunan lawas ini merupakan kantor milik Harrison & Crosfield, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang perdagangan teh, kopi, karet, kayu, bahan kimia serta produk pertanian lainnya yang berasal dari Inggris.
3
Kantor Harrison & Crosfield ini sengaja dibangun di tepi Kali Besar, dekat dengan Hoenderpassarbrug (sekarang dikenal dengan Jembatan Kota Intan) dan tidak begitu jauh dengan Pelabuhan Sunda Kelapa, bertujuan untuk mengawasi lalu lintas hasil perkebunan milik mereka sendiri serta mengawasi pembelian hasil dari perkebunan milik perusahaan lainnya.
Setelah perkebunan milik Harrison & Crosfield yang ada di Nusantara dilepaskan, bangunan lawas mengalami beberapa alih fungsi maupun penggunannya. Bangunan lawas ini pernah digunakan untuk gudang logistik PT Jasa Raharja, yang kantornya berdampingan dengan bangunan ini. Kemudian pada tahun 2012, bangunan ini sempat kosong.
Kini, bangunan bergaya Art Deco ini menjadi Toko Bunga Mu’is Florist dan terkadang digunakan untuk menyimpan aneka barang juga, seperti kain-kain perca. Namun sayang, bangunan ini kurang terawat dan tampak kusam. Bagian dalamnya pun tak kalah lusuhnya, langit-langit atapnya banyak yang rusak dan interiornya terkesan berantakan.
Analisis Bangunan
  • Aktivitas
Di dalam bangunan gedung ex Harrison dan Crossfield ini dulunya berfungsi sebagai gudang atau kantor perdangangan milik Belanda. Setelah Indonesia merdeka bangunan ini ditingalkan oleh pemiliknya dan menjadi kosong serta tidak terawat. Sekarang bangunan ini difungsikan sebagai toko bunga. Aktivitas di sekitar gedung ex Harrison dan Crossfield ini juga difungsikan sebagai tempat berjualan para pedagang dan kaki lima sehingga terkadang membuat lingkungan di sekitar bangunan ini menjadi kotor.
Aktivitas yang ada sekarang ini adalah sebagai toko bunga sebenarnya sudah sesuai dengan fungsi dan aktivitas bangunan yang dulu yaitu perdangangan. Oleh karena itu aktivitas perdagangan ini dapat dipertahankan.
  • Parkir
Di gedung ex Harrison dan Crossfield ini tidak memiliki lapangan parkir untuk para pengunjung yang akan mendatangi bangunan, sehingga bagi para pengunjung yang ingin mendatangi bangunan ini harus menggunakan lapangan parkir yang ada di sekitar kawasan Fatahillah kemudian menelusurinya dengan berjalan kaki. Gedung ex Harrison dan Crossfield ini berbatasan langsung dengan jalur pedestrian sehingga tidak memiliki lahan parkir yang memadai.
4
Tetapi menurut guidelines Kota Tua di kawasan Kali besar ini Bangunan yang telah ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya Golongan A, B, dan C tidak diwajibkan untuk menyediakan tempat parkir. Sebagai gantinya, perlu disediakan tempat-tempat parkir (umum) oleh pihak pemerintah daerah ataupun badan pengelola kawasan yang mewakili pihak pemerintah. Penggunaan parkir di badan jalan (on street) tidak diperkenankan di Lingkungan Golongan I dan II kecuali di lokasi yang telah disediakan / ditentukan oleh pengelola kawasan.
Tetapi bila dimungkinkan dapt dibuat lahan parkir sesuai dengan guidelines yang ada seperti berikut
5
Bentuk
Bangunan gedung ex Harrison dan Crosfield ini tidak memiliki lantai atas (tidak bertingkat). Bangunan ini memiliki bentuk atap limas dengan penutup atapnya yaitu genteng tanah liat. Pada bagian fasad terdapat bentuk kotak-kotak yang menonjol terlihat seperti kolom yang menjadikan bangunan ini terlihat lebih dinamis.
6
Bentuk fasad bangunan ini terlihat seperti bangunan rumah rakyat biasa yang menggunakan langgam arsitektur Art Deco.
Elemen-elemen yang terdapat dalam fasad bangunan ini adalah sebagai berikut:
  • Jendela
Pada fasad bangunan ini terdapat dua bentuk jendela, yaitu jendela dengan bukaan setengah lingkaran diaatasnya dan yang tidak ada dengan adanya teralis yang mencirikan langgam art deco.
7
  • Pintu
Pada fasad bangunan ini terdapat satu buah pintu yang kondisinya sudah tidak memiliki daun pintu lagi dan digantikan dengan rolling door besi yang juga sudah rusak. Respon terhapat kondisi ini adalah harus mengganti pintu yang sudah ada dengan daun pintu kayu yang sesuai dan seirama dengan bentuk jendelanya yaitu dengan gaya Art Deco.
8
Material Fasad
Material yang digunakan dalam fasad bangunan ini menggunakan batu bata yang diplester dengan tebal kurang lebih 2-3 cm dan juga material kayu untuk bagian kusen jendela dan pintu. Terdapat juga teralis besi pada setiap jendela-jendelanya.
9
Penggunaan material-material kayu dapat di cat ulang karena kondisinya yang masih cukup baik, sedangkan pada bagian dinding fasad bangunan harus diperbaiki kembali sesuai dengan kondisi semula karena kerusakan yang ada di dinding fasad sekitar 50% sehingga masih dapat mengikuti pola atau bentuk yang masih utuh.
Warna
Warna yang digunakan pada gedung ex Harrison dan Crossfield ini menggunakan warna coklat tua dipadukan dengan warna putih di kusen-kusen bangunan tersebut. Penggunaan warna ini membuat bangunan memiliki kesan yang sangat tua. Sekarang ini warna-warna yang ada di fasad bangunan sudah banyak yang terkelupas cat-catnya.
10
Karena tidak ditemukan foto atau hal-hal yang membuktikan bahwa warna yang sekarang ini adalah warna yang sama yang digunakan pada awal penggunaan bangunan ini maka warna coklat tua dan warna putih ini dapat dipertahankan dan dipugar agar fasad bangunan menjadi lebih baik.
Kesimpulan
Dari pembahasan diatas bahwa bangunan Gedung Ex Harrison dan Crossfield ini memiliki tingkat kerusakan 50% dan masih terdapat bagian-bagian yang cukup baik utuk dipertahankan. Bangunan ini masih bisa dikonservasi sesuai dengan ketentuan bangunan bergolongan B ke bentuk awalnya yang masih bisa terlihat hingga sekarang ini walaupun fungsi bangunannya dapat berbeda dengan yang awal.
Sumber :
https://rikaarba.wordpress.com/2016/06/08/konservasi-arsitektur-kelompok-iii-kawasan-kali-besar/
Powered By Blogger
Diberdayakan oleh Blogger.